GODAAN MANUSIA YANG TENGAH MENEMPUH JALAN MENUJU ALLAH

GODAAN MANUSIA YANG TENGAH MENEMPUH JALAN MENUJU ALLAH

Share This
Ulasan Pengajian Al Hikam
Hari/ Tanggal : Jum'at, 01 November 2019
Oleh : Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad Assegaf

"Tidak berkeinginan seorang yang menuju Allah untuk berhenti ketika disingkap baginya sebagian yang ghaib, kecuali dia akan dipanggil oleh suara hakikat yang berbunyi "yang engkau cari masih jauh ada di depan", maka teruskanlah perjalanan. Dan tidak tampak keindahan alam kecuali dia juga akan dipanggil oleh hakikatnya (dunia) yang berbunyi "sesungguhnya kami ini ini hanyalah fitnah/ ujian", maka janganlah engkau tertipu hingga engkau menjadi kufur."


          Orang yang menempuh jalan menuju Allah (Salik) itu perjalanannya sangatlah panjang dan penuh dengan ujian, tidak ada ujung maupun batasannya. Maka bagi seorang salik harus memiliki seorang guru yang membimbingnya, karena nanti seorang salik di tengah perjalanannya akan melihat keindahan-keindahan dan hal-hal yang ghaib, yang disitu akhirnya si salik merasa senang dan tentram hatinya akan hal itu. Saat berada dalam kondisi seperti itu, seorang salik akan menyangka bahwa dirinya sudah sampai kepada Allah SWT, padahal masih belum. Dan hal ini termasuk hijab yang dapat menghalanginya daripada Allah SWT.
          Imam Ibnu Athoillah Assakandari pernah berkata didalam kata hikmahnya :
ربما ظهرت الكرامة قبل استكمال الإستقامة
Artinya : "Terkadang muncul karomah sebelum sempurnanya istiqomah."
          Orang yang salik akan banyak didatangi oleh rintangan dan cobaan ditengah perjalannya. Diantaranya berupa kekayaan, kedudukan dan jabatan, wanita, dan lain-lain.
          Syekh Abdul Qodir Al Jailani pernah suatu hari bertemu dengan seorang wanita yang berthowaf di ka'bah dengan satu kaki, hingga beliau datangi dan bertanya sebabnya. Maka sang wanita menjawab, "Sesungguhnya saatu ini anakku sedang tidur diatas pangkuanku, lalu terlintas dihatiku kerinduan terhadap ka'bah, maka aku meminta kepada Allah agar meninggalkan sebelah kakiku dann thowaf dengan satu kaki, agar tidak sampai membangunkan anakku.". Mendengar jawaban itu Syeikh Abdul Qodir Al Jailani merasa heran karena beliau sebagai pimpinan para wali, harusnya tau terhadap maqom wanita itu, tapi kenyataannya beliau tidak mengenal wanita itu hingga Syekh Abdul Qodir Al Jailani bertanya sebabnya, maka wanita itu menjawab bahwa dirinya sudah melebihi maqom dimana nama para wali harusnya dikenal oleh pimpinan para wali (Syekh Abdul Qodir Al Jailani). Setelah mengetahui hal itu Syekh Abdul Qodir Al Jailani berkata, "Sesungguhnya Allah mempunyai wali seorang laki-laki maupun perempuan."
          Sy. Muhammad bin Alawi Al Maliki pernah suatu hari bermimpi ditawari menjadi pimpinan di hijaz, akan tetapi beliau tidak menerima tawari, dan sebaliknya, beliau meminta maqom quthbiyah(salah satu nama maqom/ derajat disisi Allah).
          Suatu hari ada seseorang yang bertanya kepada seorang wali abdal bagaimana agar selalu ingat kepada Allah. maka ada 4 pilihan :
1. Jangan melihat manusia (kholwat = tidak melihat manusia dan tidak dilihat oleh manusia).
2. Jika tidak bisa, maka boleh melihat kepada manusia, tapi jangan dengarkan omongan mereka, karena dengan mendengarkan omongan mereka dapat mengeraskan hati.
3. Jika tidak bisa, maka boleh melihat dan mendengarkan omongan mereka, tapi jangan sampai ada urusan dengan mereka, karena hal itu dapat membuat hati sumpek.
4. Jika masih tidak bisa, maka boleh mendengar, mendengarkan serta mendengarkan omongan mereka, asal jangan sampai senang dengan hal itu (maksudnya, lakukan karena betul-betul terpaksa dan lebih senang menyendiri), karena hal itu dapat menyebabkan kebinasaan.


Wallahu a'lam bi Asshawab.
Mudah-mudahan bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages