SIFAT TAMAK DAN RAKUS

Ulasan Pengajian Al Hikam
Hari/ Tanggal : Jum'at, 09 November 2018
Oleh : Al Habib  Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf

إلهي أخرجني من ذل نفسي

"Artinya : Ya Allah, keluarkanlah aku dari kehinaan diriku." 

- Dalam Munajat kali ini Syeikh Ibnu Athoillah Assakandary memohon kepada Allah supaya terbebas dari kehinaan diri kepada selain Allah. Adapun menghinakan diri kepada Allah maka hal itu sangatlah terpuji.
- Yang dimaksud dengan kehinaan diri disini ialah menghinakan diri kepada selain Allah dengan sifat tamak dan rakus, yang mana kedua sifat ini adalah bibit dari buah kehinaan. Tamak dan rakus akan membuat orang merendahkan diri kepada selain Allah. Hal ini sudah diterangkan dalam kata hikmah :
ما بسقت أغصان ذل إلا على بذر طمع
"Sifat tamak itu adalah bibit dari segala macam kehinaan."
-  Tamak yang paling besar adalah penyakit nafsu. Tamak adalah aib yang bisa merusak ibadah seseorang. Hal ini disebabkan tamak itu murni bergantung, berlindung dan bersandar kepada manusia. Tidak ada kehinaan seperti kehinaan tamak dengan menjadi budak manusia.
- Maka semakin banyak seseorang butuh kepada manusia, maka semakin rakus pula orang itu. Maka dari itu siapa yang ingin menghilangkan sifat tamak dan rakus dari dirinya, maka hendaknya mempersedikit kebutuhannya kepada manusia.
- Ketamakan itu jelek, dan akan semakin jelek dan berbahaya jikalau hal itu ada pada seorang Ulama', sebagaimana yang telah dikatakan oleh Imam Al Raghib yang artinya :
"Orang alim merupakan dokternya agama, sedangkan dunia adalah penyakitnya agama, maka apabila seorang Alim terkena penyakitnya dunia, bagaimana ia akan menyembuhkan yang lainnya?."
- Abu Bakar Al Warraq berkata tentang bahaya tamak: "Andai tamak ditanya, 'siapa bapakmu?' maka pasti ia menjawab, 'Ragu terhadap takdir.' Andai ia ditanya, 'Apa pekerjaanmu?' ia akan menjawab, 'Mencari kehinaan.' Kalau ditanya, 'Apa tujuanmu?' ia menjawab, "Tidak dapat apa-apa".



Wallahu a'lam bi Asshawab.
Mudah-mudahan bermanfaat.