SANTAPAN RUHANI MANUSIA

SANTAPAN RUHANI MANUSIA

Share This



Ulasan Pengajian Syarah Al-Hikam
Hari/ Tanggal : Jum'at, tanggal 29 Dzulqa'da 1445 H - 07 Mei 2024 M
Oleh  : Al Habib Abdul Qodir bin Abuya Ahmad bin Husein Assegaf



ٌالعِبَارَاتُ قُوْتٌ لِعَائِلَةِ المُسْتَمِعِيْنَ وَلَيْسَ لَكَ مِنْهَا إِلاَّ مَا أَنْتَ لَهُ آكِل

"Kata-kata itu bagaikan makanan bagi para pendengar dan engkau tidak dapat apa-apa darinya kecuali yang engkau makan"


          Kalam hikmah atau nasehat itu bagaikan makanan bagi para pendengar. Dan para pendengar itu disamakan seperti orang-orang yang sedang membutuhkan makanan. Sebagaimana orang fakir yang datang ke rumah-rumah dan minta bantuan makanan jasmani untuk kehidupan badannya. Begitu juga para pendengar mereka mencari-cari untuk mendapatkan makanan rohaninya.


          Setiap orang itu memiliki selera makanan yang berbeda-beda, begitu juga makanan hati. Bila seorang pendengar itu merasa bahwa ia tidak mendapatkan apa-apa dari ucapan orang alim, maka perlu diketahui bahwa ucapan itu tidak cocok dengan kebutuhan dan selera orang tersebut, akan tetapi cocok bagi pendengar yang lainnya.


          Terkadang kata-kata yang dimaksud pembicara itu berbeda pemahaman dengan pendengarnya. Tetapi kata-kata itu punya kesan dan berguna di hati para pendengar yang suluk (orang yang menuju Allah).


          Dikisahkan bahwa di Bagdad ada seorang yang alim, yang dikenal dengan sebutan Imam Al-Jauzi. Beliau mengajar dua belas macam ilmu. Suatu hari ia keluar dari rumah untuk mengajar di madrasah, pertengahan jalan beliau mendengar seseorang yang sedang minum minuman keras dengan menyanyikan syi'ir :


إِذَا العِشْرُوْنَ مِنْ شَعْبَانَ وَلَّتْ # فَوَاصِلْ شُرْبَ لَيْلِكَ بِالنَّهَارِ

وَ لَا تَشْرَبْ بِأَقْدَاحٍ صِغَارٍ # فَإِنَّ الوَقْتَ ضَاقَ عَنِ الصِّغَارِ


     Apabila dua puluh Sya'ban telah lewat

    Maka sambung minum (minuman keras) dari malam sampai siang

    Dan jangan kau minum dengan wadah-wadah yang kecil 

    Karena waktu itu tidak cukup untuk hal-hal yang kecil


          Mendengar syi'ir itu orang alim tersebut langsung gelisah. Karena beliau punya pemahaman, "Dekatnya umurmu dengan ajalmu itu seperti dekatnya antara bulan Sya'ban dengan Ramadhan. Maka tidak ada waktu untuk menunda-nunda lagi. Sambunglah ibadah malammu sampai siang." Maka orang alim tersebut pergi ke kota Mekkah, dan beribadah di sana sampai beliau meninggal dunia. 

          Dilihat dari kisah tersebut bahwa pengaruh yang sangat berkesan kepada orang alim tersebut sehingga membuatnya semangat untuk beribadah dan tidak meluangkan sedikit dari waktunya untuk bersantai-santai.


          Maka dari itu, sudah dapat diketahui pecinta dunia dan akhirat itu sangat berbeda ketika mendengar berita atau syi'ir-syi'r. Pecinta dunia jika mendengarkan berita atau syi'ir maka yang dipikirkannya hanyalah permasalahan dunia saja. Berbeda dengan pecinta akhirat mereka mendengarkan hal tersebut akan bertambah kuat iman dan bisa menjadi bahan dirinya untuk ingat kepada Allah dan kembali kepada Allah. 


Wallahu a'lam bi Asshawab.

Mudah-mudahan bermanfaat.  https://t.me/darulihya

                                                    https://wa.me/c/6283141552774



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages