ANGAN-ANGAN MENJADIKAN MANUSIA RAKUS

ANGAN-ANGAN MENJADIKAN MANUSIA RAKUS

Share This

 

Ulasan Pengajian Al Hikam

Hari/ Tanggal : Jum'at, tanggal 12 Rabi'ul Akhir 1442 H - 27 November 2020 M
Oleh  : Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad bin Husein Assegaf


"Tidak ada sesuatu yang menuntunmu menuju kepada kerakusan seperti angan-angan kosong"


          Beliau Al-Imam Ibn Athaillah As-sakandari menjelaskan disini tidak ada yang lebih membawa kepada kerakusan seperti berangan-angan mengharap kepada makhluk, merendah diri kepada makhluk untuk mengharapkan sesuatu dari mereka. Artinya ketika engkau mengharapkan sesuatu daripada manusia baik berupa manfaat ataupun menghindari madharrat mengharapkan pemberian manusia, maka otomatis engkau akan merendahkan diri kepada mereka. Dan engkau akan mengandalkan manusia dan pasti engkau akan takut daripada mereka, itu semua sifatnya wahm. 

         Wahm adalah setiap angan-angan terhadap sesuatu selain Allah. Wahm itu sesuatu yang mustahil terjadi / sesuatu yang tidak akan terjadi, bayangan bukan sesuatu yang nyata.

          Seandainya engkau menyakini bahwasannya urusan manusia ini ditangan Allah, nyawa manusia semuanya ditangan Allah, manusia tidak bisa memberi manfaat pada dirinya sendiri apalagi memberi manfaat kepada orang lain. Maka niscaya dengan keyakinan seperti itu engkau akan putus harapan daripada manusia, dan engkau pasti akan meningkatkan derajat mu dengan bertumpuk dan mengharapkan kepada Allah SWT. Dengan adanya keyakinan maka kerakusan akan hilang, dengan adanya angan-angan kosong (wahm) maka engkau akan semakin rakus terhadap manusia. Jangan sampai ada pada diri kita ketamakan (mengharap kepada manusia).

          Bahkan ketika kita masih mengandalkan sesuatu selain Allah, baik mengandalkan pekerjaan, mengandalkan harta dan masih melihat kepada selain Allah, disebut tidak akan masuk hadrah ilahiyyah. Seperti yang difirmankan Allah subhanahu wata'ala: "Dihari itu tidak bermanfaat harta dan anak kecuali yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat." (QS.As-Syu'ara': 88-89)

          Hati yang selamat adalah hati yang tidak ada bergantung kepada sesuatu apa pun selain Allah, hati yang tidak ada didalamnya kecuali Allah baru bisa masuk hadirat Allah, datang kepada Allah dengan hati yang selamat, kalau masih ada yang lain maka hatinya belum selamat dan tidak bisa masuk hadirat Allah.

          Dan juga firman Allah subhanahu wata'ala: "Dan kalian akan datang kepada kami sendiri-sendiri sebagaimana kami ciptakan kalian pertama kali."(QS.Al-An'am: 94). 

          Tidak sah orang yang datang kepada Allah kecuali datangnya tunggal sendiri tanpa ada yang mencampuri.Yang ada hanya abdun wa rabbun (antara hamba dan Tuhan saja). Kalau masih ada yang lain maka hatinya belum selamat. 

          Dalam sebuah hadis disebutkan: "Allah itu tunggal (ganjil) dan Allah suka kepada hambanya yang tunggal."

          Artinya Allah itu tunggal tidak mau disekutukan. Allah suka orang yang mengesakan-Nya. Orang yang hatinya tidak menyekutukan Allah, yang di hatinya hanya Allah, maka orang itu witr. Allah suka orang tersebut.

          Maka mereka orang-orang sholeh sudah tidak lagi berharap kepada manusia, maka hilang dari hati mereka ketamakan sehingga mereka membawa sifat qana'ah dan wara'. Setelah mendapatkan qana'ah dan wara' barulah mereka mendapatka kehidupan yang nyaman yang menyenangkan.

          Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah: "Siapa orang yang beramal sholeh baik lelaki maupun wanita sedangkan dia dalam keadaan beriman maka kami pasti memberinya kehidupan yang nyaman." (QS.An-Nahl: 97) 

          Diriwayatkan dari nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam beliau mengartikan kehidupan yang nyaman yaitu kehidupan yang qana'ah. makanya nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam ketika mendoakan keluarganya itu:                               

                                                              الَلَّهُمَّ اجْعَلْ رِزْقَ اَلِ مُحَمَّد كَفَافًا

"Ya Allah berilah rezeqi keluargaku dengan rezeqi yang cukup."

          Mangkanya para ulama' berpendapat rezeqi yang baik itu rezeki yang cukup, bukan rezeqi yang banyak dan yang sedikit,, kalau seandainya yang baik itu rezeki yang banyak maka nabi akan memilihkan keluarganya yang banyak,atau  yang baik itu rezeki yang sedikit maka nabi akan memilihkan keluarganya rezeki yang sedikit akan tetapi nabi memilihkan keluarganya rezeki yang cukup. maka yang tebaik adalah rezeki yang cukup. (Santri Darul Ihya')

 

Wallahu a'lam bi Asshawab.

Mudah-mudahan bermanfaat.  https://t.me/darulihya

                                                    https://wa.me/c/6283141552774

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages