KEUTAMAAN PUASA ARAFAH

KEUTAMAAN PUASA ARAFAH

Share This
     


Oleh: Ahmad Husaini (Santri darul ihya)
          Dalam surat At-taubah ayat 36, Allah menjelaskan tentang bulan-bulan yang ditetapkan olehnya:

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِیْ كِتٰبِ اللّٰهِ یَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَ الْاَرْضَ مِنْهَاۤ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌؕ
Artinya: "sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Diantaranya ada empat bulan yang haram". (QS.At-taubah,36).
          Di dalam tafsir jalalain dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan empat bulan yang haram itu ialah dzhulqo'dah, dzhulhijjah, muharram, dan rajab. Dianjurkan bagi setiap muslim untuk berpuasa pada bulan-bulan tersebut sebagaimana sabda Rasulullah shallalahu 'alahi wassalam yang dikutip oleh Imam Haddad :

أنّ مَنْ صَامَ ثَلاثَةَ أيّامٍ مُتَتَابِعَةٍ مِنْ شَهْرِ الحُرُمِ : الخَمِيسِ وَ الجُمْعَةِ وَ السَّبْتِ بَاعَدَهُ الله مِنَ النّارِ
Artinya: "Barangsiapa yang berpuasa tiga hari berturut-turut pada bulan yang haram yaitu kamis, jum'at, dan sabtu maka Allah menjauhkannya dari api neraka."
          Al-habib Abdullah bin alwi al-haddad di dalam kitab nashaihud ad-dinniyah beliau menjelaskan bahwa diantara afdholiah puasa adalah puasa pada hari arafah, tepatnya pada tanggal 9 dzhulhijjah dan terdapat nash dari pada hadist yang menjelaskan bahwa puasa tersebut dapat menghapus dosa selama dua tahun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
Artinya:"Puasa satu hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah), aku berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan (dosa) satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya. Puasa hari ‘Asyura’ (tanggal 10 Muharram), aku berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan (dosa) satu tahun sebelumnya." (HR. Muslim, no 1162, dari Abu Qatadah).
          Para ulama mengatakan bahwa puasa pada hari itu merupakan puasa yang paling afdhal yang dilakukan dalam setahun setelah puasa pada bulan ramadhan. Dan puasa ini disunnahkan bagi orang yang tidak wuquf di arafah. Adapun orang yang wuquf di arafah maka tidak disunnahkan puasa arafah, sebagaimana sabda nabi shallalahu 'alahi wassalam


عَنْ أُمِّ الْفَضْلِ بِنْتِ الْحَارِثِ أَنَّ نَاسًا تَمَارَوْا عِنْدَهَا يَوْمَ عَرَفَةَ فِي صَوْمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ هُوَ صَائِمٌ وَقَالَ بَعْضُهُم
لَيْسَ بِصَائِمٍ فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ بِقَدَحِ لَبَنٍ وَهُوَ وَاقِفٌ عَلَى بَعِيرِهِ فَشَرِبَهُ
Artinya:“Dari Ummul Fadhl binti al-Harits, bahwa orang-orang berbantahan di dekatnya pada hari Arafah tentang puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagian mereka mengatakan, ‘Beliau berpuasa.’ Sebagian lainnya mengatakan, ‘Beliau tidak berpuasa.’ Maka Ummul Fadhl mengirimkan semangkok susu kepada beliau, ketika beliau sedang berhenti di atas unta beliau, maka beliau meminumnya.” (HR. Bukhari, no. 1988; Muslim, no. 1123). (FN)



Wallahu a'lam bi Asshawab.
Mudah-mudahan bermanfaat.  https://t.me/darulihya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages