PASRAH PENUH KEPADA ALLAH

PASRAH PENUH KEPADA ALLAH

Share This
Ulasan Pengajian Al Hikam
Hari/ Tanggal : Jumat, 11 Oktober 2019 M/12 Shafar 1441 H
Oleh : Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad Assegaf





Diantara bukti adanya kekuasaan Allah, Ia dapat menghijabmu dari melihat kepadanya dengan sesuatu yang tidak ada bersamanya.

          Disini jelas semua selain Allah bathil, hakekatnya semua itu tidak ada selain Allah. Allah itu jelas, Allah itu terang, begitu terangnya Allah sehingga kita tidak bisa melihat-Nya.

Hanya orang bodoh saja yang meninggalkan pekerjaannya dan merubahnya dengan mencari yang baru. 

          Disini Syekh Ibnu Athoillah menjelaskan apabila Allah sudah menetapkan seorang hamba pada satu ketetapan, maka keadaan yang dipilihkan Allah baginya itu adalah ketetapan yang paling baik. Janganlah ia memilih pindah kepada keadaan atau pekerjaan yang lain yang tidak dipilih oleh Allah, itu menyalahi adab kepada Allah. Sungguh sangat bodoh seseorang yang akan mengadakan sesuatu yang tidak dikehendaki Allah.
          Orang yang tidak mau menerima keadaan sama dengan dia tidak mau diurus oleh Allah Ta'ala. Jika kita sudah ditetapkan dalam satu keadaan oleh Allah, maka ini keadaan yang palimg baik, maka jangan kita ingkari karena jika diingkari sama saja dia menentang ketentuan Allah.
          Maka sebaiknya seorang hamba menyerah dengan rela hati kepada hukum ketetapan Allah pada setiap waktu, sebab ia harus percaya dengan rahmat dan kebijaksanaan  kekuasaan Allah.
          Merubah sesuatu yang sudah ditetapkan oleh Allah itu su'ul adab (tidak mempunyai adab), maka dia mendapat siksa dari Allah. Dan siksaan Allah yang paling ringan sebab su'ul adab adalah dia tidak diurus oleh Allah, dia diterlantarkan oleh Allah, maka hidupnya tidak akan senang dan akan susah terus menerus.
          Kisah Syekh Ibnu Athoilah As-Sakandari dengan gurunya Syekh Abul Abbas Al-Mursi, sangat penting untuk direnungkan. Syekh Ibnu Athoillah bercerita:
          Pada suatu hari aku masuk kepada guruku Syekh Abul Abbas Al-Mursi. Di hatiku ada tekad untuk tajrid. Aku berkata dalam hatiku, "Untuk sampai kepada Allah harus jauh dari kesibukan dengan ilmu zhahir dan bergaul dengan manusia."
          Tanpa aku bertanya kepadanya, guruku berkata kepadaku, "Dulu ada seseorang yang berteman denganku. Ia sibuk dengan ilmu zhahir dan ahli dalam bidang itu. Lalu ia merasakan tharikat ini. Orang itu datang kepadaku dan berkata, "Aku akan tinggalkan pekerjaanku dan aku akan melulu berkhidmat kepadamu." Maka aku katakan kepadanya, "Bukan itu yang harus engkau lakukan. Tetapi tetaplah pekerjaanmu dan apa yang diberikan Allah kepadaku pasti akan sampai kepadamu."
          Syekh Abul Abbas Al-Mursi memandangku dan berkata, "Begitulah keadaan para Shiddiqin yang sungguh-sungguh. Mereka tidak keluar dari sesuatu kecuali Allah yang mengeluarkannya."
          Aku keluar dari sisi guruku dan Allah telah membersihkan lintasan-lintasan hatiku dan aku dapatkan dalam hatiku rasa pasrah penuh kepada Allah. (Mhd)


Wallahu a'lam bi Asshawab
Mudah-mudahan bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages