MURNI BERAMAL UNTUK ALLAH - Darul Ihya' Liulumiddin

Darul Ihya' Liulumiddin

Pondok Pesantren Darul Ihya Liulumiddin

Post Top Ad

MURNI BERAMAL UNTUK ALLAH

MURNI BERAMAL UNTUK ALLAH

Share This
Ulasan Pengajian Al-Hikam
Hari/Tanggal : Jum'at,24 Februari 2017
Oleh : Al-Habib Abdul Qodir bin Ahmad Assegaf


"Apabila menyakitkan hatimu akan tidak menghadapnya manusia kepadamu, atau menyakitkan hatimu celaan mereka terhadapmu, maka kembalilah mengoreksi apa yang di ketahui Allah dari perbuatanmu, jika tidak menunaikan  engkau apa yang diketahui Allah kepadamu, maka musibahmu karena tidak merasa puas dengan ilmu Allah itu lebih besar daripada gangguan manusia kepadamu."
                         
  Seyogyanya bagi setiap manusia agar tidak sibuk memikirkan bagaimana dirinya dihadapan manusia, akan tetapi senantiasalah berbahagia dengan keridhoan Allah, dan sedih jika dimurkai oleh Allah, karena secara hakikatnya manusia itu sama sekali tidak memberikan kemanfaatan apapun kepadanya.
                              Nasehat Imam Syeikh Ibnu Athoillah Assakandary RA : "jika kita sudah terbiasa dengan pujian dan hinaan manusia, maka kembalilah kepada ilmu Allah, yang penting apakah Allah ridho kepada kita atau tidak."
                              Ketika ada manusia yang berkeinginan untuk menjadi sempurna di hadapan manusia atau mengharapkan pujian dari mereka, maka sungguh hal itu merupakan keinginan yang mustahil tercapai (Al-Habib Abdul Qodir bin Ahmad Assegaf)karena meskipun umpamanya manusia mengerahkan seluruh hartanya untuk mendapat keridhoan dan pujian manusia, maka tetap akan terpandang selalu kurang, terhina, bahkan di caci maki.
                              Dikatakan oleh para Ulama' bahwa : "keridhoan manusia merupakan suatu puncak keinginan yang mustahil akan tercapai."
                              Bahkan seorang Nabi pun yang sangat sempurna dihadapan kaumnya tetap tak bisa selamat dari kritikan, cacian, dan celaan manusia. Dimisalkan pada zaman Nabi Muhammad SAW, tatkala beliau membagikan ghonimah (harta rampasan perang), tiba-tiba beliau dikejutkan dengan suara irang yang nyeletuk berkata "ini adalah bagian yang tidak adil" maka Nabi SAW menjawab "jika aku tidak adil, maka siapa lagi?" tatkala itu juga Nabi ingat cobaan yang serupa yang menimpa Nabi Musa AS, Beliau akhirnya bersabda "mudah-mudahan Allah merahmati saudaraku Musa, sungguh dia juga pernah mengalami hal yang seperti ini akan tetapi dia sabar menghadapinya."
                             Pada zaman Imam Hasan Al Bashri ada seorang yang datang melapor kepada beliau bahwa dalam majelisnya ada golongan orang-orang yang tidak suka kepadanya serta mencari-cari kesalahannya, maka jawab beliau "jangankan saua, Tuhan mereka sendiri (Allah) tak selamat dari lisan mereka." (maksudnya, Allah sendiri masih dicaci oleh mereka).
                             Ada pepatah yang mengatakan : biarkan anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu. (biarkan walaupun engkau dikritik oleh siapapun, yang penting Allah ridho terhadapmu).
                        Berkata Imam Syafi'i : "tidaklah seseorang itu melainkan pasti mempunyai orang-orang yang mencintainya dan juga orang-orang yang membencinya, dan apabila engkau dalam keadaan seperti itu, maka bersamalah engkau dengan orang-orang yang ahli berbuat taat kepada Allah".
                         Ibrahim Attaimi pernah bertanya kepada muridnya perihal dirinya dihadapan masyarakat, maka muridnya berkata bahwa gurunya dipandang riya' ketika beramal, ketika itu Ibrohim Attaimi berkata "sekarang ini baru murni amal-amalku (karena Allah)."



Wallahu a'lam bi Asshawab.
Mudah-mudahan bermanfaat. Amiiiiin.
(darulihya.net)
                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Pages