KESEDIHAN YANG MENIPU

KESEDIHAN YANG MENIPU

Share This

 


"Sedih karena tidak bisa melakukan suatu ketaatan disertai rasa malas untuk melakukannya, itu adalah suatu tanda bahwa orang itu tertipu oleh syaitan."


          Yang dimaksud dalam kata hikmah ini adalah jika seorang yang merasa sedih dan menyesal karena ketinggalan amal yang baik, tetapi kita lihat orang tersebut tidak ada niat dan samangat untuk mengejar kekurangannya itu, maka ini suatu tanda bahwa ia dipermainkan oleh setan.

          Hal seperti ini sering dialami orang dengan menampakkan kesedihan, menangis tetapi tidak ada rasa bersemangat untuk menutupi kekurangannya itu. Maka tangisan dan kesedihannya itu hanya sia-sia belaka, karena kalau dia benar-benar menyesal dan sedih, maka ia akan bengkit untuk beribadah kepada Allah dan mengejar kekurangannya.

          Kesedihan itu dibagi menjadi tiga bagian:

  1. حُزْنُ الكَاذِبٍيْنَ (kesedihan orang-orang yang bodoh), yaitu kesedihan dengan rasa penyesalan dan rasa sedih karena banyak amal-amal yang ketinggalan. Akan tetapi dirinya tidak bangkit dan tidak bersemangat untuk beribadah dan mengejar kekurangannya itu.
  2. حُزْنُ الصَادِقِيْنَ (kesedihan orang-orang yang benar), yaitu kesedihan yang dapat membangkitkan orang untuk bersungguh-sungguh beribadah dan mengejar kekurangan.
  3. حُزْنُ الصِّدِّيْقِيْنَ السَّائِرِيْنَ (kesedihan orang-orang yang shiddiq yang berjalan kepada Allah), yaitu kesedihan dikarenakan kehilangan waktu yang tidak diisi dengan dzikir kepada Allah, yang ia anggap sebagai kelalaian, condong kepada keinginan / nafsu syahwatnya yang terlintas di dalam hati.
          Sebagaimana halnya Nabiyullah Ayyub alaihissalam, ketika hatinya lalai dengan Allah yang hanya sebentar, beliau mengatakan dalam do'anya:

أَنِّى مَسَّنِيَ الضُّرُّوَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّحِمِيْنَ
     "Ya Allah, sesungguhnya aku ditimpa musibah yang besar dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." (QS. Al-Anbiya: 83)
          Beliau menganggap kelalaian dari Allah yang hanya sebentar merupakan penyakit yang berbahaya. Begitulah orang-orang shaleh yang apabila lalai dari Allah walaupun hanya sebentar, dengan condong kepada syahwat atau terlintas keinginan dunia atau lalai tidak berdzikir. Mereka anggap itu sebagai suatu dosa, kemudian mereka sedih dan menyesal karena waktunya diisi dengan yang kurang baik. Tetapi kesedihan mereka ini tidak berlangsung lama.

          Tapi jika bersedih karena urusan akhirat, maka ini sangat dianjurkan, bahkan jika tidak bersedih karena ketinggalan urusan akhirat, maka hatinya sedang dalam keadaan bermasalah atau tidak beres.

          Adapun jika ada kesedihannya seseorang itu benar, maka kesedihan itu akan membangkitkan orang itu untuk bersemangat dalam beribadah dan beramal taat dalam segala keadaan, sebagaimana yang dikatakan oleh Syeikh Abu Ali Ad-Daqqaq: "Orang yang sedih dapat menempuh jalan kepada Allah SWT dalam tempo sebulan yang tidak bisa ditempuh oleh yang tidak sedih dalam beberapa tahun."

          Dalam hadist disebutkan:

إنَّ اللّه يُحِبُّ كُلَّ قَلْبٍ حَزِيْنٍ

"Allah suka terhadap setiap hati yang sedih."

          Disebutkan dalam kitab Taurat: "Sesungguhnya Allah jika mencintai seorang hamba, maka Allah SWT telah menancapkan dalam hatinya sebuah ratapan dan rintihan. Tetapi jika Allah membenci seorang hamba, maka Allah telah menancapkan dalam hatinya sebuah nyanyian atau irama."

          Karena orang yang selalu senang hingga lupa dengan Allah SWT, lupa dengan agama, dan tidak pernah sedih dalam memikrkan dosa, maka orang seperti ini adalah orang yang dibenci oleh Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam hadist:

نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مَنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

"Dua kenikmatan yang banyak orang tertipu: sehat dan waktu luang."(HR. Bukhori)

          Tapi Syeikh Ibnu Athoillah beliau menjelaskan bahwa jika ada seseorang menangis karena ketinggalan suatu ibadah tapi dia tidak ada usaha dan keinginan untuk melakukan ibadah, tidak ada gerakan untuk berubah dan tidak menambah dalam ibadahnya, maka dia telah tertipu oleh setan.

          Dan jika seseorang bersedih karena melakukan maksiat tapi setelah itu dia tidak mempunyai keinginan dan usaha untuk berubah, masih tetap saja maksiat, maka jangan-jangan ini istidroj dari Allah SWT, yaitu tipu daya Allah kepada hambanya. (A.MTHR)


Wallahu a'lam bi Asshawab.

Mudah-mudahan bermanfaat.  https://t.me/darulihya

                                                          https://wa.me/c/6283141552774         

          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages