Menjahui hal-hal yang haram sangatlah
penting dalam kehidupan ini, maka perlu bagi kita untuk memperhatikan hal
tersebut. Terkadang seseorang lebih meperhatikan ibadah mereka dengan banyak
datang ke majelis-majelis dan memperbanyak sholat mereka tanpa menghiraukan
hal-hal yang ada disekitar mereka terlebih makanan. Bukan berarti seseorang itu
tidak boleh banyak ibadah melainkan dia pun harus memperhatikan kehidupannya,
terlebih dalam suatu hal yang masuk kebadannya apakah halal atau haram?.
Sebagian ulama mengatakan:”Periksalah apa
yang masuk kedalam mulutmu (halal atau haram? Dari mana? dan siapa penjualnya?)
setelah itu engkau tidak puasa di siang hari tidak apa-apa, tidak bangun malam
untuk beribadah tidak apa-apa.” Kenapa ulama itu berani menjamin? karena mau
tidak mau dia akan berpuasa, bangun malam untuk beribadah bila makanan yang dia
makan itu halal.
Berkata Sahl bin
Abdullah At-tustariy:
مَنْ اَكَلَ الْحَرَامَ عَصَتْ جَوَارِحَهُ شَاءَ أَمْ أَبَى,عَلِمَ أَمْ لَمْ يَعْلَمْ
“Barang
siapa yang makan makanan haram maka jiwanya akan terarah kepada kemaksiatan mau
tidak mau.”
وَمَنْ اَكَلَ الحَلَالَ اَطَاعَتْ جَوَارِحَهُ شَاءَ أَمْ أَبَى,عَلِمَ أَمْ لَمْ يَعْلَمْ,وَوَفَقَ لِلْخَيْرَاتِ
“Dan barang
siapa yang makan makanan halal maka jiwanya akan tergerak untuk beribadah,
melakukan amal baik mau tidak mau, sengaja atau tidak sengaja, dan selalu menuju kepada kebaikan.”
Ini semua dinamakan wara’ (menjaga diri dan menjahui hal-hal yang haram / yang belum jelas kehalalannya),
selalu berhati hati dan memperhatikan sesuatu yang akan dia pakai, dia makan,
dan dan dia berikan. Ada sebuah perkataan yang menyebutkan:
الْوَارَءُ لاَيُعْطِيْكَ اِلَّا قُوْتَ
“wara’
itu tidak akan memberikanmu kecuali makanan pokok. “
Dengan wara’ kita bisa menjaga diri kita dari perkara-perkara yang haram dan sesuatu yang belum jelas halal haramnya (syubhat) dan kita akan selalu memakan makanan yang sudah pasti kehalalannya. (Santri Darul Ihya')
Mudah-mudahan bermanfaat. https://t.me/darulihya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar