ADAB-ADAB ULAMA'

ADAB-ADAB ULAMA'

Share This




Ulasan Pengajian Manhajussawi

Hari/ Tanggal : Selasa (sore), tanggal 25 Shafar 1442 - 13 Oktober 2020 M
Oleh  : Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad bin Husein Assegaf


          Semua manusia itu memilki adab-adab yang harus dijalani. Begitu juga para ulama' mempunyai adab-adabnya, dan bagaimana adab-adabnya para ulama' itu.
          Seorang ulama itu adabnya yang pertama adalah:
    1. الإنْصاف (mengakui kebenaran orang lain), jika ada kebenaran dari orang lain diakui walupun tidak sesuai dengan fikirannya. Sebagaimana cerita Sayyidina Umar bin Khattab ketika beliau berkhutbah ditegur oleh seorang wanita kemudian beliau mengatakan "Perempuan itu benar perkataannya dan perkataanku salah". Inilah Inshof.
          Al- Inshof itu seberapa besar derajatmu, setinggi apapun derajatmu engkau mengakui kebenaran orang lain. Sebaliknya kalau كبر (sombong) itu menolak kebenaran dan meremehkan manusia karena yang berpendapat ini orang bodoh tidak di terima, karena yang berpendapat ini bukan orang mulia tidak diterima, walaupun benar perkataan nya, tapi kalau inshof tidak walaupun yang menegur orang yang dibawah nya dia diatas nya dia terima karena itu kebenaran.
    2. قول لاأدري أو الله أعلم  (berani mengatakan tidak tahu), ini ulama' yang benar begitu, berani mengatakan tidak tahu, bahkan disebut bahwasannya junnatul alim (perisainya seorang ulama') itu perkataan tidak tahu, perisai maksudnya apa? menjaga dia daripada dosa. Ketika seseorang itu ditanya dia tidak tahu jawabannya, kemudian dia mengatakan saya tidak tahu, dia selamat dari menyesatkan orang lain, itu senjatanya/ perisainya, karena kalau memaksa menjawab kemudian jawabannya salah, maka berbahaya, menyesatkan orang lain.             
          Tidak seperti yang kita lihat di beberapa tempat, ada orang-orang yang justru menyodorkan dirinya untuk diberi pertayaan, dan ketika ditanya tidak berhati-hati, langsung dijawab ditempat, tanpa dipikir tanpa dilihat terlebih dahulu, sehingga kadang-kadang jawabannya ngawur dan bisa menyesatkan orang lain
    3.التَوَرُّعُ عن الفُتْيَا (berhati-hati dalam berfatwa), disebutkan oleh Ibn Mas'ud dan Ibn Abbas: "Siapa orang yang selalu menjawab ketika ditanaya maka dia adalah (مجنون) gila."
          Termasuk tidak benar jika mobil itu tidak ada remnya (digas terus), pasti ditabrak terus apa yang ada didepannya karena remnya blong, ini bahaya. Ini juga begitu ulama' tapi di gas terus perkataannya akhirnya nabrak ke mana-mana. Seharusnya ulama' itu punya rem, sehingga waktunya berbahaya dia tidak faham tidak bisa jawab dia ngerem, ada pertanyaan lagi dia bisa jawab digas lagi, ada pertanyaan lagi yang sulit dia ngerem lagi muthola'ah dulu baca kitab dulu baru digas lagi.
          Jangan jadi ulama' remnya blong menjawab terus pertanyaan semua orang akhirnya salah semua, jawabannya salah semua.
          Al-Imam Malik berkata :"Siapa orang yang ditanya tentang fatwa, hendaknya berfikir terlebih dahulu, membayangkan dirinya terlebih dahulu antara surga dan neraka."
          Jadi ketika ada orang yang bertanya, saya menjawab atau tidak, maka bayangkan neraka surga dulu, jika saya menjawab dengan sembarangan nanti saya dapat neraka jika benar saya dapat surga. Supaya kita hati-kita kalau keliru jawabnya bisa neraka, tapi kalau betul-betul tahu jawabannya mengerti dan faham, maka silahkan menjawab dapat pahala. (Mthr)


Wallahu a'lam bi Asshawab.

Mudah-mudahan bermanfaat.  https://t.me/darulihya

                                                    https://wa.me/c/6283141552774

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages