Ulasan Pengajian Syarah Al-Hikam
Hari/ Tanggal : Jum'at, tanggal 10 Rajab 1446 H - 10 Januari 2025 M
Oleh : Al Habib Abdul Qodir bin Abuya Ahmad bin Husein Assegaf
الوَارِدُ يَأْتِي مِنْ حَضْرَةِ قَهَّارٍ؛ لِأَجْلِ ذَلِكَ لَا يُصَادِمُهُ شَيْءٌ إِلَّا دَمَغَهُ: بَلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَى الْبَاطِلِ فَيَدْمَغُهُ فَإِذَا هُوَ زَاهِقٌ
Waridat itu datang dari hadirat Qahhar (Allah Yang Maha Perkasa). Oleh karena itu, tidak ada sesuatu yang di hadapannya kecuali dilenyapkannya. "Tetapi, Kami melempar kebenaran atas kebatilan, maka kebenaran itu menghancurkannnya. Maka dengan serta merta musnahlah kebatilan itu."
Dalam kata hikmah sebelumnya, Syekh Ibn Ataillah menjelaskan bahwa ketika warid datang, ia akan mengubah kebiasaan buruk, menghancurkan kebatilan yang mengakar di dalam hati, dan menggantinya dengan kebaikan. Warid adalah pemberian Allah yang diturunkan ke dalam hati seorang hamba. Jika warid turun ke hati, penyakit-penyakit hati akan sirna dengan sendirinya. Hal ini sebagaimana diisyaratkan dalam ayat:
إِنَّ ٱلْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا۟ قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا
"Sesungguhnya raja-raja itu apabila masuk ke sebuah daerah, mereka merusak keadaan daerah tersebut."
Seperti halnya seorang raja yang menundukkan pemimpin-pemimpin daerah yang ia taklukkan, demikian pula warid akan mengalahkan dan menyingkirkan kebatilan di dalam hati.
Pada kata hikmah yang sedang kita bahas, dijelaskan penyebab warid dapat dengan cepat mengubah seseorang. Misalnya, dari seorang yang mencintai dunia menjadi mencintai akhirat. Hal ini karena warid datang dari Hadirat Allah Yang Maha Qahhar (Maha Perkasa). Maka, tidak ada yang mampu menghalangi warid, karena ia akan melenyapkan segala penghalang yang ada.
Sebenarnya, hawa nafsu itu sangat lemah jika dilawan, tetapi seorang hamba membutuhkan bantuan dari luar yang lebih kuat. Bantuan tersebut adalah dari Allah dalam bentuk warid. Sekuat apapun cinta dunia, syahwat, atau kebiasaan buruk yang ada di hati, semuanya akan dilenyapkan oleh warid. Sebagaimana Allah firmankan:
بَلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَى ٱلْبَـٰطِلِ فَيَدْمَغُهُۥ فَإِذَا هُوَ زَاهِق
"Tetapi, Kami melempar kebenaran atas kebatilan, maka kebenaran itu menghancurkannnya. Maka dengan serta merta musnahlah kebatilan itu."
Hal ini bukanlah sesuatu yang sulit bagi Allah. Jika Allah berkehendak untuk membantumu, maka sangat mudah bagi-Nya untuk mengalahkan kebatilan di dalam hati. Oleh karena itu, segala sesuatu hanya mungkin terjadi jika Allah memberikan pertolongan.
Sebagai bentuk ikhtiar, bacalah doa yang diajarkan oleh Habib Abdurrahman Maula Arsyih berikut ini:
اللَّهُمَّ نَزِّهْ قَلْبِي عَنْ التَّعَلُّقِ بِمَنْ دُونَكَ، وَاجْعَلْنِي مِنْ قَوْمٍ تُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَكَ
"Ya Allah, bersihkan hatiku dari ketergantungan kepada selain-Mu, dan jadikan aku termasuk golongan orang-orang yang Engkau cintai dan mereka mencintai-Mu."
Setelah itu, Syekh Ibn Ataillah melanjutkan dengan kata hikmah berikutnya:
كَيْفَ يَحْتَجِبُ الْحَقُّ بِشَيْءٍ، وَالَّذِي يَحْتَجِبُ بِهِ هُوَ فِيهِ ظَاهِرٌ وَمَوْجُودٌ حَاضِرٌ
"Bagaimana Allah bisa terhijab dengan sesuatu, sedangkan yang digunakan untuk menghijab itu, Allah jelas nampak padanya, ada dan hadir."
Pernyataan ini sebenarnya sudah pernah dijelaskan oleh Syekh Ibn Ataillah dalam kata hikmah sebelumnya. Kemudian, beliau melanjutkan pada kata hikmah berikutnya:
.لَا تَيْأَسْ مِنْ قَبُولِ عَمَلٍ لَمْ تَجِدْ فِيهِ وُجُودَ الْحُضُورِ، فَرُبَّمَا قُبِلَ مِنَ الْعَمَلِ مَا لَمْ تُدْرِكْ ثَمَرَتَهُ عَاجِلًا
Jangan kau putus asa dari terkabulnya amal ibadah yang engkau belum merasakan kehadiran hati (khusyuk), kemungkinan amal ibadah itu diterima walaupun belum dirasakan hasilnya sekarang.
Semua amal ibadah, baik berupa ketaatan yang dianjurkan oleh Allah, Rasul-Nya, maupun syariat Islam, pasti memiliki hasil yang dapat dirasakan di dunia dan pahala yang akan diperoleh di akhirat.
Sebagai contoh, seseorang yang beribadah kepada Allah akan merasakan ketenangan jiwa, hidup yang lebih tentram, dan kebahagiaan. Hal ini dialami oleh orang-orang yang beriman dan beramal saleh, sebagaimana firman Allah:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً
"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka pasti Kami akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik."
(QS. An-Nahl: 97)
Hasil ibadah yang dirasakan di dunia ini menjadi salah satu hikmah. Misalnya, seseorang yang berbakti kepada orang tuanya akan mendapatkan kemudahan rezeki dan anak-anak yang kelak juga berbakti kepadanya. Orang yang bersedekah akan melihat hartanya semakin bertambah. Selain itu, di antara nikmat dunia lainnya, adalah merasakan manisnya beribadah dan dikumpulkan bersama orang-orang saleh.
Namun, jika seseorang tidak merasakan hasil ibadahnya di dunia, itu bukan berarti amal ibadahnya tidak diterima oleh Allah. Ada kalanya seseorang yang sudah beramal saleh justru menghadapi kesulitan hidup. Hal ini tidak menunjukkan bahwa amalnya ditolak, melainkan Allah memiliki hikmah tersendiri. Sebagaimana kata hikmah menyebutkan,"Janganlah engkau berputus asa dari terkabulnya amal ibadah hanya karena engkau belum merasakan hasilnya dengan segera."
Tetaplah istiqamah dalam beribadah, karena Allah dapat saja menunda pemberian-Nya hingga waktu yang lebih tepat, baik di dunia maupun di akhirat. Tugas kita adalah berusaha agar amal diterima oleh Allah, bukan sekadar memastikan hasilnya di dunia. Allah berfirman:
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
"Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertakwa."
(QS. Al-Ma'idah: 27)
Kita harus berusaha menjadi hamba yang bertakwa, sedangkan diterima atau tidaknya amal adalah hak Allah semata. Sayangnya, ada orang-orang yang karena tidak merasakan hasil di dunia, lantas berprasangka buruk kepada Allah. Ini sangat berbahaya karena:
- Ia mengandalkan amal ibadahnya, padahal yang kita andalkan adalah rahmat Allah.
- Ia berprasangka buruk kepada Allah, yang jelas-jelas dilarang.
- Ia menjadi mudah meninggalkan amal ibadah tersebut.
Oleh karena itu, ibadah memerlukan kesabaran. Kita harus tetap berharap agar amal diterima oleh Allah tanpa mengharapkan hasilnya secara langsung di dunia. Jika Allah memberikan hasilnya di dunia, itu menjadi penyemangat tambahan dalam beribadah. Namun, apabila tidak merasakannya, bukan berarti ibadah kita sia-sia.
Yang terpenting, jangan pernah meninggalkan ibadah kepada Allah. Ibadah terbaik bukanlah yang langsung dirasakan hasilnya, melainkan ibadah yang dilakukan secara terus-menerus dengan ikhlas dan penuh harapan kepada rahmat-Nya.
Wallahu a'lam bi Asshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar