Ulasan Pengajian kitab Ihya' Ulumiddin
Mengenai keutamaan uzlah, memang zaman sekarang uzlah itu sangat penting, tetapi perlu diingat bahwa uzlah memiliki cara atau ilmu yang tepat. Jika seseorang melakukan uzlah tanpa mengetahui cara yang benar, hal itu justru bisa berakibat fatal bagi dirinya. Sebagai contoh, seseorang yang melakukan uzlah namun tidak memahami ilmu-ilmu wajib seperti sholat dan puasa, akhirnya ibadahnya bisa tidak diterima dan ia semakin tersesat. Oleh karena itu, kita tetap harus beruzlah dengan cara yang benar dan sesuai porsinya.
Sebagai contoh, jika kita adalah seorang yang bekerja (ahlu kasb), maka bekerja terlebih dahulu dan kemudian pulang untuk beruzlah adalah hal yang tepat. Kasb atau mencari nafkah adalah ketentuan dari Allah, dan jika ditinggalkan, itu bisa termasuk su'ul adab kepada Allah. Ada juga orang yang tidak perlu bekerja untuk mencari nafkah, misalnya ahli tajrid, yang rizkinya tetap mengalir meskipun tidak bekerja. Namun, mereka tidak boleh serta-merta meninggalkan pekerjaan mereka (sebagai ahli tajrid), kecuali jika Allah yang merubah keadaan tersebut, dan itu bukan karena dorongan hawa nafsu, tetapi karena takdir-Nya.
Demikian juga, menjauhi teman-teman yang membuat kita tidak tenang dan terlalu cinta pada dunia termasuk dalam uzlah. Tidak keluar rumah kecuali untuk bekerja atau mengikuti pengajian juga termasuk bentuk uzlah.
Faedah uzlah yang kelima adalah kita tidak lagi merasa dituntut oleh orang lain, dan kita juga tidak menuntut orang lain. Ini adalah keuntungan yang besar, karena kesenangan atau keridoan manusia adalah sesuatu yang tidak mudah dicapai. Imam Syafi'i berkata, "Manusia pasti memiliki pecinta dan pembenci, maka ketika kamu sudah berada di jalan kebenaran dan kemudian dibenci, jangan anggap itu sebagai masalah." Oleh karena itu, lebih baik menjadi orang yang saleh meskipun dibenci, daripada sibuk mencari penilaian positif dari orang lain.
Perlu diketahui, beberapa hak yang paling ringan dan mudah dipenuhi adalah menghadiri jenazah, menjenguk orang sakit, menghadiri undangan, atau hadir dalam akad pernikahan. Namun, hal-hal tersebut sering kali membuang waktu dan bisa menimbulkan masalah. Terlebih lagi jika kita memiliki banyak kerabat, hal ini bisa menghabiskan waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk beribadah. Kadang, kita juga tidak bisa memberikan alasan yang diterima dengan baik, sehingga mereka berkata, "Kamu memenuhi hak si fulan, tetapi mengabaikan hak kami," yang mana itu bisa memicu permusuhan. Sebagaimana dikatakan, "Barang siapa tidak menjenguk orang sakit pada waktu yang tepat, seolah-olah ia mengharapkan kematiannya, karena takut ditegur jika orang tersebut sembuh." Terkadang, alasan tidak bisa disampaikan seuruhnya, seperti ketika seseorang sakit parah, dan itu sulit untuk memberitahu orang lain.
Barang siapa memberi harapan kepada semua orang, mereka justru akan merasa puas dan tidak merasa iri. Namun, jika ia hanya memilih memberikan kepada sebagian orang, yang lainnya akan merasa kecewa. Hal ini sulit karena memberikan hak kepada semua orang secara merata sangatlah mustahil, bahkan bagi seseorang yang menghabiskan waktunya sepenuhnya.
Adapun terputusnya harapanmu terhadap mereka juga merupakan manfaat yang besar. Sebab, siapa pun yang melihat kemewahan dan keindahan dunia, keinginannya akan tergerak, dan dengan dorongan keinginan itu, harapannya pun muncul. Namun, dalam banyak keadaan, ia hanya akan melihat kekecewaan, sehingga ia menderita karenanya. Namun, jika ia menjauh, ia tidak akan melihat (kemewahan itu). Jika ia tidak melihat, maka ia tidak akan menginginkan atau berharap padanya.
Ketika seseorang menghindari dunia dan tidak memandangnya, ia tidak akan tergoda. Jika tidak tergoda, ia tidak akan berambisi. Oleh karena itu, Allah berfirman:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda:
"Perhatikanlah orang yang berada di bawahmu (dalam hal dunia), dan janganlah melihat orang yang berada di atasmu. Dengan begitu, kalian tidak akan meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepada kalian."
'Aun bin Abdullah berkata, "Dulu aku sering duduk bersama orang-orang kaya, dan aku selalu merasa sedih. Aku melihat pakaian mereka lebih indah dari pakaianku, kendaraan mereka lebih mewah dari kendaraanku. Kemudian aku duduk bersama orang-orang miskin, dan aku merasa lebih tenang."
Orang yang beruzlah di rumahnya tidak akan diuji dengan cobaan seperti ini. Orang yang menyaksikan kemewahan dunia menghadapi dua kemungkinan: pertama, ia bisa menguatkan agamanya dan keyakinannya, sehingga bersabar meskipun terasa pahit, atau kedua, keinginan dunia yang muncul mendorongnya untuk mengejar dunia, yang akhirnya bisa menghancurkannya, baik di dunia maupun akhirat.
Seorang ulama mengatakan, "Dunia semakin menjauh jika dikejar, dan dunia akan mengejar dirinya jika ia menjauh dari dunia."
Ibn Al-'Arabi berkata:
Ia menunjukkan bahwa keserakahan akan menyebabkan kehinaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar