DIBERI WARID AGAR LEPAS DARI KURUNGAN DIRI

DIBERI WARID AGAR LEPAS DARI KURUNGAN DIRI

Share This





Ulasan Pengajian Al Hikam

Hari/ Tanggal : Jum'at, tanggal 07 Shafar 1442 - 25 September 2020 M
Oleh  : Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad bin Husein Assegaf

 

"Allah memberikan warid kepadamu untuk melepasmu dari kurungan wujudmu kepada luasnya memandang kepada Allah Ta'ala"


          Setelah seseorang itu diberi Nur Hidayah dan Nur Inayah, maka turun lagi karunia Allah yang lebih mulia dan lebih sempurna, yaitu Nurul Wishol. Warid Wishol ini adalah cahaya yang dipancarkan di hati yang bisa menyampaikannya kepada hadirat Allah.

          Maka dengan sebab warid ini orang itu lepas dari kurungan sifat-sifat dirinya yang sempit menuju keluasan syuhud dan ma'rifah kepada Allah. Dalam perasaannya, dunia wujud ini sempit sehingga ia dilepas oleh Allah ke alam bebas. Bagai burung dalam kurungan yang dilepas ke alam luas. Warid yang berupa Nur Wishol  (Nur Ma'rifah) ini membuat orang itu melupakan dirinya dan fana hanya melihat Allah semata.

          Tiga warid ini merupakan sebab-sebab untuk sampai kepada Allah. Dalam pejalanannya, seseorang yang dicintai Allah itu diberi Nur Hidayah dulu, lalu Nur Inayah dan kemudian Nur wishol (Nur Ma'rifah). Dari tahap satu naik ketahap kedua dan akhirnya sampai ke tingkat ketiga.

          Orang yang mendapatkan Nur Wishol itu dia akan medapatkan kesenangan yang abadi, kebahagiaan yang selama-lamanya tidak ada putusnya.

          Perjalan melalui tahapan waridat ini juga terjadi kepada sahabat Nabi. Mereka mendapat waridat yang disebutkan sehingga mendorong  mereka lebih mencintai Allah dan Rasulullah dari pada lainnya termasuk dirinya sendiri.

          Ini terjadi dalam kisah Sayyidina Umar yang pernah menyatakan kepada Rasulullah bahwa  "Engkau lebih aku cintai dari hartaku, anakku, dan diriku sendiri."

           Mencintai Nabi lebih dari diri sendiri adalah ridho yang sempurna atau pasrah sepenuhnya terhadap Nabi. Pada misalnya, Umar mencintai Rasulullah dengan mahabbah aqliyah (cinta berdasarkan akal). Maka nabi menghendaki Sayyidina Umar untuk pindah dari mahabbah aqliyah tersebut ke mahabbah dzauqiyah (cinta yang merasuk ke perasaan), karena itulah cinta yang murni.

          Sedangkan orang yang terpenjara oleh dirinya sendiri (hawa nafsu) hidupnya penuh dengan kesusahan dan setres meski terlihat hidupnya tenang dan bahagia dengan ke kayaannya dan kehebatannya, maka orang ini masih terkurung dalam perbudakan hawa nafsu karena tidak adanya Nur Wishol dalam dirinya.  (MHS)


Wallahu a'lam bi Asshawab.

Mudah-mudahan bermanfaat.  https://t.me/darulihya

                                                    https://wa.me/c/6283141552774

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages