TANDA ULAMA' AKHIRAT

TANDA ULAMA' AKHIRAT

Share This


Ulasan Pengajian Ihya' Ulumiddin
Hari/ Tanggal : Kamis, tanggal 17 Dzul Qo'dah 1441 H - 9 Juli 2020 M
Oleh  : Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad Assegaf


Oleh: Muhammad Ghofir (Santri Darul Ihya')
          DIANTARA tanda ulama' akhirat ialah lebih banyak perhatiannya terhadab ilmu batin (akhirat), selalu megawasi hatinya, mengetahui jalan akhirat dan bersungguh-sungguh dalam berharap tersingkapnya negri akhirat dengan cara bermujahadah dan selalu mengawasi diri. Karena sesungguhnya mujahadah (melatih diri) itu bisa menyampaikan seseorang kepada musyahadah (terbukanya mata batin) dan bisa melihat rahasia ilmu hati.
          Hati itu punya peranan penting sehingga bisa mengeluarkan fatwa-fatwa yang baru, yang tidak ada di kitab-kitab manapun bagi orang yang mempunyai hati yang bersih.
          Rasulullah bersabda :"Mintalah fatwa kepada hatimu walaupun mereka berfatwa kepadamu, walaupun mereka mempengaruhimu."
          Berapa banyak ma'na-ma'na lembut dari kandungan-kandungan Al-Qur'an yang turun kepada hati yang terus-menerus berdzikir kepada Allah dan bertafakur atas kebesaran Allah, yang mana ma'na-ma'na lembut tersebut tidak ada di kitab-kitab tafsir dan tidak mengetahui ma'na tersebut para mufassir (orang yang ahli tafsir) sebelumnya. Seandainya ma'na tersebut disodorkan kepada mereka, maka akan menganggap baik dan mereka tahu bahwasannya itu dari hati yang bersih dari kelembutan Allah dengan semangat yang tinggi untuk menuju kepada Allah.
          Begitu juga ilmu-ilmu mukasyafah (tersingkapnya rahasia-rahasia) dan rahasia ilmu mu'amalah (bersosialisasi dengan Allah atau dengan manusia) dan lintasan-lintasan hati yang lembut, karena sesungguhnya setiap ilmu dari ilmu-ilmu ini adalah lautan yang tidak bisa diketahui kedalamannya. Hanya saja seseorang itu bisa menyelaminya sekedar apa yang Allah berikan kepadanya dan sesuainya amal dia dengan amalnya (sifatnya) ulama' akhirat dari kualitas amal.
          Sayyidina Ali Karamallahu Wajhah berkata :"Hati itu seperti wadah sebaik-baik wadah yaitu yang digunakan untuk kebaikan. Adapun manusia itu terbagi menjadi tiga: Pertama, Orang yang alim, Kedua, orang yang belajar ilmu dengan selamat, Ketiga, rakyat biasa yang mengikuti kemana angin berarah (nafsu) tidak mendapatkan cahaya ilmu dan tidak berpegang teguh pada dasar yang kuat. Ilmu itu tiu lebih baik daripada harta, ilmu itu bisa menjagamu sadangkan harta itu harus dijaga olehmu."
          Dikisahkan ada seorang ulama' yang terkenal kealimannya dan kesufiannya berjalan disuatu daerah kemudian dihadang oleh sekelompok orang pemuda yang ingin mengetes keilmuan ulama' ini, ulama' tersebut bertanya kepada sekelompok pemuda tersebut :"Kenapa kalian menghalangi jalanku." Kemudian kelompok tersebut menjawab :"Kami ingin menguji keilmuan engkau. Jika engkau bisa menjawab pertanyaan kami, maka kami akui engkau memang orang yang alim." Ulama' tersebut menjawab :"Baiklah." Kemudian sekelompok pemuda tersebut memberi tiga pertanyaan, pertanyaan pertama dijawab dengan mudah dan pertanyaan kedua pun dijawab dengan mudah, ketika diberi pertanyaan yang ketiga ulama' tersebut menoleh ke kanan kemudian menoleh ke kiri kemudian beliau menunduk melihat ke hati beliau dan menemukan jawabannya. Kemudian kelompok tersebut berkata :"Engkau memang alim, maka silahkan lanjutkan perjalananmu."
          Ada yang bertanya :"kenapa ketika diberi pertanyaan yang ketiga engkau menoleh ke kanan dan ke kiri kemudian engkau menunduk", dijawab oleh ulama' tersebut :"Ketika aku menoleh ke kanan aku bertanya kepada malaikat Roqib, akan tetapi aku tidak mendapatkan jawabannya, kemudian aku menoleh ke kiri, bertanya kepada malaikat Atid, tetapi aku tidak mendapatkan jawabannya juga. Dan aku menunduk untuk bertanya kepada hatiku, setelah itu baru aku mendapatkan jawabannya dari hatiku sendiri."
          Oleh karena itu, kita harus bisa memilih mana ulama' akhirat dan mana ulama' dunia, sehingga kita bisa mengikuti ulama' yang benar, yang mengikuti ajaran para salaf-salafnya terdahulu dan benar benar pewaris Nabi SAW, sehingga kita bisa memperbaiki hati kia yang kotor menjadi hati yang selalu mengingat Allah Ta'ala. Jangan sampai kita salah pilih pemimpin, sehingga kita bisa tersesat dan jatuh ke jurang api neraka, Na'uzhubillahi min dzalik.



Wallahu a'lam bi Asshawab.
Mudah-mudahan bermanfaat.  https://t.me/darulihya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages