KEMULIAAN ALLAH DAN KEHINAAN MANUSIA

KEMULIAAN ALLAH DAN KEHINAAN MANUSIA

Share This
Ulasan Pengajian Al Hikam
Hari/ Tanggal : Jum'at, 17 Maret 2018 M
Oleh : Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad Assegaf

إِلَهِيْ مِنِّيْ مَا يَلِيْقُ بِلُؤْمِيْ وَمِنْكَ مَا يَلِيْقُ بِكَرَمِكَ
Ya Tuhanku, dariku timbul sesuatu yang layak dengan sifat kehinaanku. Tetapi yang timbul dari-Mu segala hal yang layak dengan sifat kemuliaan-Mu.

Timbul dari seorang hamba sesuatu yang layak dengan sifat kehinaannya. Muncul darinya kejelekan-kejelekan, kekurangan, kekurang-ajaran, pelanggaran. dan kemaksiatan kepada Tuhannya. 
Tapi timbul dari Allah segala sesuatu yang sesuai dengan sifat kemuliaan dan kemurahan-Nya. Allah menghadapi hamba-Nya yang hina dan penuh dosa itu dengan ampunan, maaf dari-Nya, serta Allah menerima alasan dan permohonan ampun hamba-Nya. Itu layak bagi kemuliaan dan keagungan Allah. 
Diceritakan ada seorang lelaki berkata kepada seorang Nabi, “Katakan kepada Allah bahwa aku selalu melanggar-Nya, tapi Allah tidak menyiksaku.”
Maka Allah memberi wahyu kepada Nabi tersebut, “Katakan pada orang itu; Agar engkau tahu bahwa Aku adalah Aku, dan kamu adalah kamu.”
Allah itu Halim. Menghadapi hamba-Nya yang bermaksiat, Allah tidak langsung menyiksanya. Allah menunggunya sampai ia bertaubat dan memberinya ampunan. Itulah sifat Allah yang mulia. Kisah Ibrahim alaihissalam di bawah ini menggambarkan hal tersebut.
Pada suatu malam Allah memperlihatkan kebesaran Allah di langit dan di bumi kepada Ibrahim. Ia melihat orang yang bermaksiat. Ibrahim berkata : “Ya Allah, binasakan orang itu, ia makan rezeki-Mu, berjalan di bumi-Mu tapi ia menantang perintah-Mu.” Maka matilah orang itu. Lalu Ibrahim melihat orang lain melakukan kemaksiatan. Ia berdoa seperti sebelumnya. Orang kedua itu langsung binasa seperti yang pertama. Begitulah dengan orang ketiga.
Maka Allah bersabda: “Cukup wahai Ibrahim. Engkau adalah orang yang mustajab doanya. Maka janganlah kau buat doamu itu untuk membinasakan hamba-hamba-Ku. Aku sudah lama melihat mereka bermaksiat. Aku tunggu barangkali mereka bertaubat maka Aku terima taubatnya. Atau orang yang bermaksiat itu punya anak yang bertasbih pada-Ku. Atau Aku bangkitkan mereka di hari kiamat, Aku maafkan atau Aku siksa, terserah Aku.”
Setelah Ibrahim turun ke bumi ia menerima perintah lewat mimpi untuk menyembelih anaknya. Maka dilaksanakanlah perintah itu. Ibrahim sudah menyiapkan pisaunya. Ia berkata: “Ya Allah, ini anakku, buah hatiku dan orang yang paling aku cintai.”
Kemudian Ibrahim mendengar suara yang berkata: “Tidakkah kau ingat kejadian malam itu ketika engkau memohon kepada-Ku untuk membinasakan hamba-hamba-Ku. Tidakkah kau tahu bahwa Aku sayang kepada hamba-Ku sebagaimana engkau menyayangi anakmu. Bila engkau meminta kepada-Ku untuk membinasakan hamba-Ku maka Aku meminta kepadamu untuk menyembelih anakmu. Satu lawan satu. Tetapi yang memulai itu lebih kejam.”

Di dalam doa Ibnu Athaillah di atas terkandung adab berdoa, yaitu mengagungkan Allah dan menampakkan kerendahan diri orang yang berdoa. Doa yang seperti ini layak untuk diterima.

Wallahu A'lam Bi Asshawab
Mudah-mudahan bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages